TUJUAN DARI PENGERINGAN KAYU

 

Pengeringan kayu ditujukan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air (KA) yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu atau produk kayu akan ditempatkan tanpa menurunkan kualitasnya. Pengeringan penting dilakukan dalam kegiatan pengolahan kayu karena berpengaruh langsung terhadap performa produk akhir. Jika kayu basah langsung diolah menjadi produk, baik produk solid maupun komposit (termasuk produk laminasi), maka akan diperoleh berbagai kerugian. Bentuk dan ukuran produk akan berubah, sambungan menjadi longgar, terdapat celah, dan lain sebagainya. Pengeringan kayu secara langsung mempengaruhi kualitas pengerjaan, perekatan,pembentukan, sampai ke pengerjaan akhir (end-finished) kayu tersebut. 

Oven listrik untuk pengeringan kayu
Secara luas, kegiatan pengeringan memiliki banyak keuntungan baik terhadap kayunya maupun terhadap produk kayu. Beberapa keuntungan kayu kering, di antaranya. (Basri et al. 2018).

  1. Kayu menjadi lebih ringan Kandungan air dalam kayu yang baru ditebang sangat tinggi. Pada 1 m3 kayu dengan BJ 0,50 maka berat dan KA kayu tersebut masing-masing adalah 1500 kg dan 200%. Bila kayu tersebut dikeringkan hingga KA nya mencapai 15%, maka berat kayu tersebut hanya 575 kg per m3 . Terbukti bahwa setelah dikeringkan kayu menjadi lebih ringan, sehingga memudahkan dalam penanganan serta menghemat biaya transportasi dan muat bongkar.
  2. Bebas dari serangan jamur dan bubuk kayu basah masalah serius terkait penyimpanan dan pengolahan kayu basah di antaranya adalah rentan terserang jamur dan kumbang bubuk basah atau kumbang ambrosia (pinhole borer). Hal ini karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kedua organisme perusak tersebut. Jamur biru (blue stain) umumnya mulai menyerang kayu tidak lama setelah pohon ditebang. Walaupun serangan jamur tersebut tidak merusak kayu, tetapi merusak penampilan karena menimbulkan noda berwarna biru kehitaman pada permukaan kayu. Jamur yang merusak kayu karena serangannya adalah jamur pelapuk karena menurunkan sifat mekanis kayu dengan cara menghancurkan komponen penguat dinding sel (Badan Litbang Kehutanan 2013). Jamur pelapuk yang lazim dikenal adalah jenis basidiomycetes yang diklasifikasikan sebagai jamur putih (white rot) dan jamur cokelat (brown rot) berdasarkan komponen dinding sel yang diserang (Riley et al. 2014). Jamur putih menyerang lignin dan selulosa, sedangkan jamur cokelat hanya menyerang selulosa. Daya tahan kayu terhadap serangan jamur berbeda-beda bergantung pada jenis kayu, bagian kayu dalam batang, daerah asalpengambilan kayu, dan jenis jamur (Suprapti & Djarwanto 2014). Pada kondisi KA 35% jamur pelapuk sudah mulai menyerang dan suhu optimal untuk pertumbuhannya sekitar 21–32 oC (Spray 2012).
  3. Dimensi kayu lebih stabil Kayu akan menyusut atau mengembang mengikuti perubahan KA atau kelembapan lingkungannya. Dimensi kayu akan stabil melalui pengeringan yang tepat dengan tingkat kekeringan yang disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Oleh karena itu, tingkat kekeringan setiap produk kayu penting diketahui untuk meminimalkan kerusakan yang diakibatkan oleh penyusutan atau pengembangan yang tidak terkendali. Tingkat kekeringan kayu berbeda untuk setiap tujuan penggunaan kayu. Hal ini disesuaikan dengan nilai KA keseimbangan di lokasi tersebut. Indonesia sebagai negara tropis dengan tingkat kelembapan tinggi, KA keseimbangan pada lingkungan luar (outdoor) berkisar antara 10–17% (Coto 2005)
  4. Kekuatan kayu meningkat Berkurangnya air dalam dinding sel di bawah KA titik jenuh serat berpengaruh terhadap sifat-sifat kayu. Penggunaan suhu tinggi (≥ 100 oC) akan menurunkan sifat higroskopis kayu. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya sifat higroskopis hemiselulosa atau selulosa amorf dalam dinding sel yang terdegradasi karena panas tinggi, kemudian mengalami penataan ulang (Sik et al. 2010). Namun, penggunaan suhu yang terlalu tinggi (≥ 100 oC) dapat menurunkan kekuatan kayu. Blanchet, Kaboorani, & Avilia (2016) mengkonfirmasikan bahwa sebenarnya hemiselulosa sudah terdegradasi pada suhu pengeringan 82 oC, kemudian diperparah dengan peningkatan suhu dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pemilihan metode dan bagan pengeringan suatu jenis kayu perlu mempertimbangkan kepekaan komponen dinding selnya, terutama hemiselulosa terhadap suhu untuk meminimalkan penurunan sifat mekanis kayu.
  5. Bebas dari kerusakan atau pecah Produk kayu yang diolah dalam kondisi basah akan mengalami pengeringan yang tidak terkendali selama proses pengerjaan. Pada awal pengeringan, bagian kayu sebelah luar akan mengering terlebih dahulu sementara bagian dalamnya masih basah, sehingga terjadi tegangan pengeringan (drying stress). Jika tegangan tersebut melebihi kekuatan kayu maka kayu akan pecah (Bergman 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Efrida, Karnita Yuniarti, Imam Wahyudi, and Rohmah Pari. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu.

 

Komentar

  1. Perkenalkan saya muzakir dari PT.BUNGONG JEUMPA INDONESIA bermaksud ingin menawarkan jasa customs clearance barang import dan undername import atau sewa bendera perusahaan kami,apabila perusahaan bapak/ibu membutuhkan jasa kami,kami bisa membantu untuk pengiriman nya dan pengurusan barang import,baik masuk melalui pelabuhan ataupun bandara terimakasih.

    Best Regards,

    Mr,Muzakir
    Specialist Import

    PT.BUNGONG JEUMPA INDONESIA
    Inetrnational Freight Forwarder
    Ruko Pasar Modern Harapan Indah No.R40 Lt 2 Rt.10 Rw.08 Kel.Pusaka Rakyat Kec.Tarumajaya Bekasi Jawa Barat. 17422
    Telp : +621-8925-5910
    Mobile : 0812-8464-4275
    Email : muzakir.bji@gmail.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Toleransi Geometri (Geometric Tolerance)

Tiga Aplikasi Boros Data Internet

Panas Jenis dan Berat Jenis Udara